“Barangsiapa hendak melaksanakan haji,
hendaklah segera ia lakukan, karena terkadang seseorang itu sakit, binatang
(kendaraannya) hilang, dan adanya suatu hajat yang menghalangi.” [HR.
Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah, no. 2331]
Allah
berikan kami bayi Abdullah dalam keadaan yang sungguh tidak mudah. Dia tumbuh
dalam benih rahim saya setelah sebelumnya divonis oleh seorang ustadzah bahwa
kandungan saya diganggu oleh makhluk jahat.
Perjalanan
saat mengandungnya di tiga bulan pertama diisi dengan kondisi tubuh yang amat
tidak bersahabat. Hingga di titik klimaks, sedikit saja saya bergerak di tempat
tidur kepala saya langsung puyeng, saat makanan masuk ke mulut seketika itu
pula tersembur keluar lagi lewat mulut, dan darah pun mulai ikut saya muntahkan
karena saking seringnya muntah.
Pada
trimester kedua, ujiannya berganti pada kondisi kesehatan orang tua saya di
tanah air yang sedang kritis. Kepalang memutuskan melahirkan di Belanda
ditemani suami, dan menerima berita kritis orang tua saat usia kehamilan tidak
diperbolehkan lagi menaiki pesawat terbang. Sedih sekali rasanya, tapi Allah
pasti selalu punya rahasia-rahasia yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Hanya
bisa mendoakan orang tua dari jauh kala itu.
Kehamilan
saya ditutup dengan proses lahiran yang tidak kalah dramanya. Rencana
melahirkan normal, yang sudah melalui proses pembukaan 10 selama 25 jam,
akhirnya malah diganti dengan proses sesar sebab saat sang janin sudah diujung
jalan, tiba-tiba dia menghirup pup-nya di dalam rahim. Sebuah awal yang
menyakitkan, anak kami positif terkena meconium
aspiration syndrome.
Akibat
dari itu, dia jadi stress di rahim, lantas kehabisan oksigen karena terlalu
lama proses bukaan. Ketika dia pertama kali menampakkan tubuhnya di dunia, dia
tidak menunjukkan aktivitas bernapas sebagaimana biasanya bayi lahir. Maka dia
diberi 100% bantuan pernapasan dari selang oksigen. Itu terjadi ketika ibunya
masih dalam keadaan tidak sadar akibat bius total yang telah menjalar di
seluruh tubuh.
Sakit
demi sakit, drama demi drama, singkat cerita, lahirlah si bayi mungil dari
proses sesar. Dia juga sesungguhnya telah melewati proses lahiran normal sampai
tahap bukaan sempurna. Sampai kemudian pada menit-menit terakhir sebelum dia
lahir secara normal, keputusan tim medis tiba-tiba mengubah takdir lahirnya. Masya Allah, alhamdulillahi 'ala kulliy hal.
Barang-Barang yang Disediakan Menyambut Anak Bayi. Semuanya Lungsuran dari Teman-teman Perantau di Groningen |
Anak Baru, Orang Tua Baru |
Di balik
setiap luka yang selalunya terasa pahit, Allah selalu punya cara-Nya untuk
memulihkan luka yang diderita manusia. Beriring kesusahpayahan seorang hamba,
Allah siapkan kisah manis sebagai penawarnya. Dari proses murung kelahirannya
di tahun 2017 itu, Allah ganti kesempatan baginya untuk berangkat bersama kedua
orang tuanya ke tanah suci, sebagai tamu agung-Nya, satu tahun setelah
kelahirannya.
Tidak
harus menunggu usianya mencapai baligh.
Tidak harus mengantri sekian tahun sebagaimana masyarakat Indonesia pada
umumnya. Tidak harus berpayah-payah menabung sekian lama untuk disetor sebagai
dana haji. Masya Allah…
Allah baik sekali sama kamu, Nak. Tak
terkira baik-Nya :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar