Selasa, 17 Desember 2019

Tiga Tips Prof Dahlang Menembus Jurnal Terindeks Scopus


Untuk kali pertama saya menulis tentang topik ‘how to’ semacam ini. Bukan apa-apa, waktu mengikuti pelatihan, saya sempat mencatat di kertas beberapa materi penting, dan itu cuma menghabiskan tiga lembar kertas notes yang biasa dibagikan kalau ada pelatihan-pelatihan itu tuh. Sementara notes-nya lumayan tebal, maka saya menyobek tiga lembar kertas tadi untuk dipindahkan ke tulisan ini. Tentu agar sisanya bisa saya berikan ke orang yang sekiranya butuh notes. Di rumah sudah menumpuk notes semacam itu di lemari. Bikin penuh-penuh dan tidak baik dipandang mata saya.

Kredit Pribadi

Nah, maka dibuatlah tulisan ini. Selain alasan kertas tadi, alasan lainnya adalah yang memberi materi Prof Dahlang Tahir. You know what? Silakan di-gugling deh. Intinya, beliau adalah professor termuda dan terproduktif di Unhas (perguruan tinggi urutan ke-8 terproduktif menghasilkan artikel ilmiah se-Indonesia). Tahu berapa artikel Scopus beliau? 88 sodara-sodara… Delapan puluh delapan pada usianya yang masih kepala tiga. Jadi remah akutuh...

Langsung saja. Bagaimana sih cara membuat jurnal terindeks internasional? Ya bisa sih kali ya, pakai jalan pedang, yang belajar dari awal dan lama. Tapi ya itu, mayan uga durasi yang dibutuhkan. Maka oleh Prof Dahlang, diuraikan beberapa tips agar lebih mudah bagi kita penikmat kecepatan ini. Hehe.

Pertama. Temukan ide dan cari tiga jurnal yang mirip dengan idemu. Baca tiga artikel yang mirip itu. Dengan cara menulis yang sama (tentu juga termasuk pengumpulan data dan analisisnya), tuliskan artikel dalam konteks idemu sendiri. Setelah rampung, perhatikan, dari tiga tulisan itu, yang mana kira-kira yang paling dekat dengan artikelmu, baik dari segi cara menulis dan kualitas analisis data. Nah, kalau sudah dipilih, cobalah submit artikelmu di jurnal yang sama dengan artikel yang mirip itu. Rejected? Perbaiki, dan perbaiki lagi. Lalu submit kembali ke jurnal dengan impact factor yang setara atau lebih rendah sedikit.

Kedua. Agar artikelmu diterima di jurnal Q1, Q2, Q3, dan Q4, penting sekali memastikan bahwa referensi yang kamu pakai juga merupakan output dari jurnal Q1 hingga Q4. Kalau kamu mau diterbitkan di Q1, pastikan sumber referensimu juga pakai dari Q1. Paling penting, semua referensi harus tertelusur di media daring. Makanya, sebisa mungkin jangan pakai referensi ber-Bahasa Indonesia ya, dan jangan pakai referensi buku ya jika memungkinkan.

Ketiga. Agar tulisanmu bisa sekelas penulis-penulis di Q1 itu. Nih ada tips khusus dari Prof Dahlang. Beliau baca secara rutin 15 menit 1 artikel per hari. Dalam jeda 15 menit itu, beliau tidak boleh diganggu siapa-siapa. Pintu kantor ditutup rapat. Dengan cara itu, Prof Dahlang berusaha mengimitasi gaya menulis penulis jurnal beken itu.

Okay. Demikan dulu ya. Semoga yang sedang dalam proses menulis artikel dimudahkan oleh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar