Saya tengah membaca catatan-catatan Oki Muraza, seorang anak
bangsa yang berkarir sebagai Associate Professor di King Fahd University of
Petroleum & Minerals, ketika akhirnya memutuskan berhenti sejenak membaca
dan mengetik catatan ini di HP pintar. Saya sampai pada sebuah penggalan hikmah
tentang mesin yang tetap bekerja.
Saat ini manusia, di tengah hiruk-pikuk modernitas dan
efektivitas, berusaha menciptakan mesin-mesin yang bisa tetap bekerja bahkan
ketika manusia sedang tertidur. Alangkah enaknya, sang manusia tidak lagi perlu
bekerja terlalu keras, tetapi tetap ada mesin yang bisa terus berproduksi.
Nah, kita manusia, sudahkah punya mesin amal yang akan tetap
bekerja bahkan ketika kelak kita tertidur untuk selamanya? Saya merenung lama,
dan semakin pilu karena amal yang tidak seberapa, sedekah yang masih bisa
dihitung jari, dan tulisan yang barangkali belum bisa memberi banyak manfaat.
Tapi menjadi besar hati saya, ketika menengok ke samping, dan mendapati bayi A
sedang tertidur pulas. Dialah ladang kebaikan saya, dan sekaligus projek hidup
saya untuk mendampinginya tumbuh menjadi anak yang saleh nan manfaat. Untung
saja, sebagai muslim, Allah menghitung doa dan amal anak saleh yang akan sampai
pada orang tuanya.
Anak kita, seperti mesin yang akan terus bekerja, ketika raga
kita telah jadi tanah. Apakah mesin itu akan menghasilkan kebaikan atau
keburukan, penentuannya amat banyak berada di tangan kita sekarang. Apa yang
dia hasilkan tergantung pada seberapa kuat akar yang kita tancapkan padanya,
dan seberapa bebas sayap yang kita titipkan di lengannya untuk dia dapat
terbang mengguncang dunia dengan kebaikannya.
Masya Alloh Mbak Andis :') berkunjung ke blog mbak Andis pasti selalu dapat hikmah dan hati jadi adem. semoga jadi amal jariyah mbak Andis, aamiin.. :)
BalasHapusSalam kangen,
Amalina
Mba Amalina... maafkan, ngga ada kata telat kan buat balas komentar? Thank you, Mbak. Bukan apa-apa, hanya curhat-curhatan. Terima kasih, Mbak.
HapusSalam kangen balik :*