Jawaban pertanyaan di atas, saya sendiri belum tahu. Saya belum pernah bertemu dengan ibu rumah tangga yang selain merawat dan mendidik anak-anaknya, ditambah lagi dengan pekerjaan suplementer di ranah domestik seperti memasak dan mencuci, dapat menyelesaikan hafalan satu juz. Saya hanya pernah membaca kisah ibu rumah tangga yang dengan beberapa anak, mampu menghafal Quran dalam waktu 20 hari 20 malam. Saya membacanya di Google dengan laman yang tidak begitu terpercaya, pun sepertinya tulisan tersebut terjemahan. Dari gaya dan isi ceritanya, jika tidak salah menebak, ibu itu berada di negara dengan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Bukan menyepelekan, tapi dengan Bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, tentulah ada nilai tambah bagi si ibu tersebut untuk mempermudahnya dalam proses menghafal Quran. Kemampuan memahami makna yang dihafal dan mengetahui benar-tidaknya makhraj dapat meningkatkan kecepatan hafalannya.
Saya
juga berteman dengan seorang ibu rumah tangga yang sudah khatam
hafalannya sampai 30 juz. Kami bertetangga dekat. Hanya saja, hafalan tersebut
dituntaskannya saat memondok di pesantren selama bertahun-tahun, saat dia masih
gadis. Sekarang, setelah berumah tangga, dia hanya dibebani tanggung jawab
menjaga hafalan tersebut dengan me-muroja’ah-nya
setiap hari.
Kembali
lagi ke pertanyaan yang tertera pada judul tulisan ini, mungkinkah bagi seorang
ibu rumah tangga, yang telah memiliki seorang anak, dapat memulai dari awal
untuk menghafal ayat-ayat yang berjumlah 320.671 dalam kitab suci? Mungkinkah?
Sekali
lagi, entahlah. Saya sendiri, pada sekitar tahun 2010, pernah berniat menghafal
Quran. Waktu itu, ketika saya masih kuliah sarjana, saya tengah mengikuti
kelompok mengaji pekanan. Saya bersama teman-teman di kampus, dipandu seorang
guru mengaji yang tidak lain adalah senior kami di kampus yang sama meski
berbeda jurusan, belajar membaca huruf-huruf hijaiyah yang benar. Dari sana,
kami juga latihan menghafal Quran perlahan-lahan, dimulai dari surah-surah pendek.
Kala itulah, saya pernah menghafal surah-surah pendek yang ada di juz ke-30,
tentu saja dengan terbata-bata. Sampai akhirnya, pada suatu waktu, guru mengaji
kami menghadiahi saya sebuah buku tentang kenapa kita sebagai umat muslim perlu
menghafal Quran.
Selesai
menamatkan buku tersebut, muncul niat yang lebih besar untuk menghafal Quran.
Tepat pada musim liburan, saya pulang ke kampung halaman. Di kampung halaman,
saya memulai hafalan saya di juz pertama. Ayat demi ayat saya selesaikan hingga
halaman ketiga. Karena niat yang tidak terjaga, juga semangat yang mulai
kendor, saya berhenti di tengah jalan. Sampai di sana saja cerita menghafal
saya.
Bertahun-tahun
setelahnya, saya sekolah lagi di tingkat master dan akhirnya menikah, tidak ada
perkembangan apa-apa dari kisah hafalan Quran saya. Malah semakin menurun
hafalan saya. Pula, saya mulai menyepelekan orang-orang yang menghafal Quran.
Ini karena saya melihat beberapa penghafal Quran yang tercela akhlaknya di satu
sisi, dan waktu itu saya sedang gemar-gemarnya membaca buku filsafat. Kegemaran
membaca buku semacam itu membawa saya pada pemikiran, “lebih baik berakhlak
Quran daripada hafal Quran tapi suka menebar kebencian dan sebagainya”.
Baru
hari-hari belakangan ini saya sadar bahwa apa yang saya pikirkan kala itu
sungguhlah keliru. Jika saya tidak menyukai sifat seorang penghafal Quran,
kenapa saya malah ikut tidak menyukai hafalannya? Kenapa harus meninggalkan
semuanya, jika yang cacat hanya sebagiannya?
Ditambah
lagi, karena alasan yang teramat personal yang terjadi dalam hidup saya pada
akhir tahun 2017, membuat saya mendapat semacam “hidayah” untuk mulai kembali
lagi menghafal Quran. Entah kenapa, dorongan itu begitu kuat di dalam hati saya
untuk memulai kembali hafalan yang mungkin sudah banyak hilang di kepala saya.
Awal
tahun 2018, saya memulai harapan saya dengan target dan capaian yang tidak
pernah saya bayangkan di kehidupan saya pada tahun-tahun lalu. Terlebih lagi
dengan status saya yang kini tengah merawat seorang bayi yang belum juga cukup
satu tahun usianya. Saya ingin hafal Quran. Ya Allah…
Iya,
saya ingin hafal Quran, meski usia saya tidak lagi benar-benar muda. Saya ingin
menghafal kalimat Allah di tengah harapan-harapan saya yang lain, yang masih
selalu saya perjuangkan sedikit demi sedikit. Saya ingin memenuhi kepala saya
dengan surat cinta Allah yang tertera dalam lembaran kitab suci, meski ingatan
saya pun tidak begitu bisa diandalkan lagi.
Sanggupkah
saya? Doakan saya ya!
Assalamualaikum kak Andis yang baik hati.
BalasHapusSaya punya banyak kenalan ibu rumah tangga yang sudah selesai menyetorkan 30 Juz Al-Qur'an dan sedang memutqinkan hafalannya. Jika Kak Andis bergabung dengan komunitas-komunitas penghafal Al-Qur'an, insyaaAllah di sana kak Andis akan menemukan banyak sekali hafizhoh dari berbagai usia.
Pernah pada suatu acara Qur'an, saya makan satu meja dengan para ibu penghafal Al-Qur'an, satu diantara mereka bercerita bahwa ia menghafal di waktu-waktu anak-anaknya sudah berangkat ke sekolah, suaminya sudah berangkat bekerja, pekerjaan rumah telah diselesaikan. mereka menyempatkan waktu-waktu senggang itu untuk menghafal hingga bisa menyelesaikan 30 Juz.
cerita dari para penghafal lain adalah saat saya bertemu seorang mahasiswi yang kuliah di daerah terpenci sehingga tidak ada seseorang yang bisa menerima setorannya, oleh karena itu setiap minggu sekali ia perlu menempuh jarak yang jauh hanya untuk menyetorkan hafalannya. saat itu saya merasa malu dengan banyaknya tempat di dekat saya yang bisa saya tempati untuk menyetorkan hafalan:")
cerita terakhir, saya pernah beberapa bulan tinggal dengan seorang anak SD yang telah hafizhoh, hafalannya sangat lancar dan itu membuat saya malu dengan hafalanya saya sendiri.
belum terlambat untuk menghafal, yang terpenting adalah kita mulai saja dulu! Yuk menghafal Qur'an! Semoga kak Andis bukan hanya diberikan kemudahan dalam menghafalnya, tetapi juga dalam mengkaji dan mengamalkannya. Aamiin :)
Wa alaikum salam Nina yang juga baik hatinya.
HapusTerima kasih cerita-ceritanya. Saya juga jadi malu membacanya. Nina sudah hafal berapa juz?
Semoga Allah mudahkan menghafal, mengkaji, dan mengamalkannya ya. Aamiin ya Rabb.