Ada harga, ada kualitas. Begitu kira-kira
prinsip mendapatkan barang atau jasa yang ditawarkan dunia yang ‘segala-galanya
butuh uang’ ini. Untuk mendapatkan produk berkualitas, maka harus ditukar dengan
nilai rupiah yang sepadan.
Sebagai sebuah produk, buku pun tidak lepas
dari prinsip ini, meski kadang tidak selalu demikian. Maka menemukan buku
dengan harga murah di sebuah toko buku, itu adalah salah satu anugerah luar
biasa untuk seseorang yang keuangannya pas-pasan tapi selalu ingin memiliki
buku-buku yang dianggap bagus seperti saya.
Buku Zen RS, ‘Jalan Lain ke Tulehu : Sepakbola
dan Ingatan yang Mengejar’, adalah buku yang saya temukan di depan sebuah toko
buku besar, tergeletak bersama buku-buku obral lainnya, pada suatu waktu. Kalau
tidak mengingatkan diri sendiri kala itu, buku Zen tersebut hampir saya beli
dua atau tiga buah. Pasalnya, buku ini pernah saya cari lewat toko buku online, namun tidak juga menemukannya.
Pembelian buku online adalah salah
satu jalan yang kerap saya tempuh untuk mencari buku-buku bagus yang biasanya
sudah tidak beredar di toko buku.
Buku itu saya beli seharga 15 ribu rupiah saja.
Seharga satu mangkuk bakso untuk sebuah novel yang ditulis setelah melakukan
riset di Tulehu secara langsung, saya kira gimana
gitu. Tidak banyak novel yang ditulis dengan tingkat keseriusan seperti
ini. Keseriusan pengerjaannya tidak bisa disangkal dengan adanya penyajian
berbagai data dan pengetahuan sejarah. Di novel ini, saya malah baru tahu kalau
benteng Victoria berhasil direbut oleh Indonesia pada tanggal 3 Nopember 1950.
Baiklah, ini bisa jadi karena saya yang memang kurang membaca!
Novel yang dibangun dari pengetahuan sejarah
konflik antara Tulehu dan Ambon ini, kalau boleh menebak, tidak jauh-jauh dari
minat penulisnya. Dalam suatu artikel yang saya lupa di mana, Zen pernah
menulis soal kecintaannya dengan sejarah. Dia pernah terpukau dengan gaya
menulis seorang penulis Indonesia, yang sayangnya juga saya lupa namanya, yang
mengemas peristiwa sejarah dalam bentuk cerita yang mengasyikkan. Barangkali
Zen terinspirasi atau paling tidak mengikuti jalan penulis tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar