Sumber : Dokumentasi Pribadi/ Sedang Mencoba Pakaian Sekolah di Toko |
Alhamdulillah,
perjuangan mengantar Sita untuk siap ke bangku sekolah sudah rampung. Jika
tahun 2015 ini Sita tidak dapat mendaftar sekolah karena tidak punya akta
kelahiran, enam bulan ke depan, saat pendaftaran mahasiswa baru kembali dibuka, insya Allah Sita sudah bisa didaftarkan karena aktanya sudah jadi.
Bersama Kakak Ida, keluarga, dan teman-teman Sita di kampung pemulung,
pengurusan akta sudah selesai diusahakan. Selembar akta kelahiran Sita sudah di
tangan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi/ Akta Kelahiran Sita |
Terima
kasih kepada petugas kecamatan karena dalam pengurusan akta ini, meski ada saja
surat-surat yang bermasalah, para pegawai kelurahan dan kecamatan yang kami
temui cukup kooperatif. Salah seorang petugas bernama Dian awalnya bertanya,
“ini siapanya Sita?” dan kemudian agak bingung mendengar jawaban saya, “kakak
dampingnya”. “Kakak damping???”, tanya pegawai itu lagi. Setelah saya
menjelaskan hubungan saya dengan Sita, dan aktivitas saya di kampung pemulung
yang tengah melakukan pendampingan, pegawai ini malah begitu kooperatif untuk membantu mengurusi akta Sita. Dia bahkan sempat
menelepon saya untuk menanyakan kevalidan data Sita. Kepedulian yang
menggerakkan!
Meski
pula kantor camat terakhir yang saya tuju tidak saya ketahui alamatnya, harus
pula berpindah dari kantor Camat Tamalanrea ke Kantor Camat Biringkanaya, dan
sempat kesasar di jalan tol sekitar kantor camat, pada akhirnya bisa juga ke
sana dengan lancar karena sudah mengenal
area kantor camat itu saking seringnya bolak-balik antar surat. Dan terbitnya
akta Sita, serta kesediaan kakak-yang-tidak-bisa-disebut-namanya untuk menjadi
kakak angkat Sita dengan membelikan perlengkapan sekolah, membuat segalanya
terbayar. Ada rasa syukur yang besar atas kesempatan mendampingi Sita sejauh
ini. Ada bahagia bisa turut mengurangi beban Sita sekeluarga. Ada rasa berarti
bisa menutupi bolongnya harapan Sita untuk bisa bersekolah tahun depan nanti. Dan tidak bisa saya gambarkan kebahagiaan di wajah mama
Sita saat menemui saya setelah pulang dari memulung, kalimat pertama yang dia
ucapkan, “terima kaaaaaaasih, Nak!”. Sungguh saya merasa berarti!
Jadi,
siapa lagi yang ingin kita ringankan bebannya hari
ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar