Senin, 13 Juli 2020

Ikhlas pada yang Tidak Sempurna


Masya Allah, hari ini (Selasa, 14 Juli 2020), saya dan teman-teman angkatan VI Gelombang II Kemendikbud sudah masuk di pekan kedua, hari kedua, latsar CPNS virtual. Masih tersisa satu pekan, empat hari, lagi. Sedikit lagi sudah separuh jalan, alhamdulillah.

Orang-orang boleh bilang “enak ya latsar dari rumah”. Ya kan ceunah, enak duduk depan laptop jam 8 pagi sampai jam 6 sore lewat. Andai kau tahu penonton, pantat terasa panas, laptop apalagi, ngamuk-ngamuk sampai kadang error. Jangan tanya pada teman yang online pakai kuota, hampir tiap hari update di group WA hari ini habis berate giga. Hehe, kesyian...

Tapi, memang tidak buruk selalu. Meski di satu sisi kami tidak bisa makan siang prasmanan gratis di asrama, atau kumpul-kumpul ha ha he he menyanyi bareng lagu yel yel, di sisi lain kami bisa ngumpet di balik laptop sambil ngemil. Kami juga bisa lipsing ketika menyanyi yel yel, asal ada teman yang keluar suaranya, saya mah gerak-gerakin mulut aye. Ha ha ha

Selain itu, untuk saya pribadi, saya bisa melakukan hal-hal baru yang tiba masa tiba akal. Misal, lipat cucian pas menyimak materi. Ketika mata saya fokus menatap pemateri di laptop, tangan saya sibuk lipat pakaian di bawah meja dan tara ketahuan e eh.

Materi Selasa, 14 Agustus 2020

Di rumah, mencuci malam hari sedang tidak dibolehkan karena krisis stok air. Nah, penghuni rumah hanya boleh mencuci pagi sampai siang. Lah piye, pagi sampai sore saya latsar, dan ayah Abdullah bagian ngemong anak. Mon maap nih, si ayah belum terlatih multitasking. Jadi tidak mampu si doi ngemong sambal menyalakan mesin cuci. Jadi apa yang kulakukan pada tumpukan cucian yang sudah meluber, tumpah-tumpah keluar dari ember saking banyaknya?

Jiwa mamak-mamak dalam diriku bergejolak. Ketika mandi pagi, saya ambil sebagian cucian. Tidak bisa sekaligus karena nanti kelamaan di kamar mandi dan PIC panitia latsar sudah teriak-teriak mau mengabsen. Nah, ketika break 15 menit jam 10 pagi, saya buru-buru ke kamar mandi lagi sambil membawa empat lembar baju untuk dicuci. Empat lembar kira-kira bisalah ya dicuci 15 menit.

Setelah saya selesai mencuci nih, suara pemateri e eh sudah nyaring terdengar. Belum sempat kujemur, padahal. Tapi, matahari sedang terik-teriknya. Tak rela kubiarkan si mentari pergi tanpa menghangatkan cucianku. Maka, kuikhlaskan diriku terlambat 5 menit muncul on di video zoom demi menyelamatkan cucianku bertemu matahari.

Saat kuburu-buru menjemur, baru kulihat baik-baik, ih kok masih ada nodanya ini daster. Ya ampun, karena buru-buru, pakaian ini tidak bersih deh. Ternyata, Rin*o tidak mampu menghempas semua noda di pakaian. Baeqlah.

Nah, setelah kupikir-pikir ya. Latsar virtual ini, selain meningkatkan skill multitasking-ku, juga membuatku belajar ikhlas pada yang tidak sempurna. Saya sadar, saya tidak sedang menjalani hidup di mana 100% waktu dapat diberikan untuk mengurusi keluarga. Saya adalah seorang istri yang bekerja, yang mesti memberi waktu pada pekerjaanku juga. Maka, saya tidak perlu maruk dan menuntut diri sendiri menjadi istri dan ibu shalihah yang sempurna. Ada yang tidak sempurna pada hal-hal yang sifatnya tidak substansial, maka saya harus belajar mengikhlaskannya.

Nanti kalau selesai latsar, bisa cuci baju lebih bersih lagi. Noda sedikit di kala latsar tidak apa-apalah. 

Semoga Allah ridha pada yang tidak sempurna ini. Insya Allah ya, Allah melihat semuanya, termasuk usaha mamak bekerja ini yang berusaha untuk tetap jadi istri yang baeq di dalam rumah dengan tetap mengurusi kotoran yang hinggap di pakaian suami dan anak-anaknya.

Tidak sebersih hasil laundry. Tidak sebersih hasil cuci ibu-ibu rajin dan telaten di luar sana. Tapi, dikerjakan dengan terengah-engah ketika sedang mengikuti latsar yang bikin kepala penat dan mata ngantuk bukan main. He he he…

Mamah, curhat dong mah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar