Rabu, 02 Oktober 2019

Haji, Niat pada Mulanya



Sebelum suami berangkat sekolah ke Belanda, pada perbincangan kami mendekati masa pernikahan, suami menyampaikan niatnya untuk berangkat ke tanah suci dari Belanda bersama istrinya kelak. Waktu itu, dengan menyabet status sebagai calon istrinya, tentulah saya senang.

Setelah menikah, dan saya pun ke Belanda menemani perantauan suami untuk sekolah, harapan untuk ke tanah suci bersama sudah kami tanam baik-baik sebagai mimpi bersama yang ingin segera dituai di negeri kincir angin.

Alhamdulillah, yang datang malah kiriman paket yang berbeda dari Allah, tapi bahagianya serupa. Setahun tinggal di Belanda, kami dikaruniai seorang buah hati yang kami namai Abdullah. Selama setahun itu, kami sibuk mempersiapkan kelahirannya, tentu dengan kondisi suami yang tetap menunaikan tugas utama sebagai pelajar dan saya di rumah bersama calon buah hati sembari sesekali mengikuti kursus singkat di kampus suami, satu atau dua kali sepekan.

Harmonie Building, University of Groningen
Salah satu lokasi kampus suami yang merupakan tempat kursus saya
Kredit pribadi

Lalu bagaimana dengan mimpi kami berangkat ke tanah suci setelah sang buah hati lahir? Alhamdulillah, bagi saya pribadi, tidak ada rasa berat atau beban di hati karena bertambahnya satu anggota keluarga. Karena kami berencana berangkat sekeluarga dari awal, maka sebagai anggota keluarga baru, Abdullah pun akan kami ajak turut serta.

Keputusan itu tidak lahir dari perbincangan yang sedemikian alot atau pertimbangan yang begitu panjang. Mudah saja bagi kami untuk memutuskannya, meskipun pada awalnya suami agak ragu dengan kondisi keuangan kami. Saya sendiri berpikir, karena tujuannya adalah ibadah, lalu apa salahnya mengajak anak juga ikut beribadah? Insya Allah dananya cukuplah, pikir saya kala itu.

Saat itu, sedikit pun pikiran bahwa anak kami akan jadi beban dan memberatkan tidak pernah tebersit. Malah justru bahagia, sekiranya Allah mengizinkan berangkat bersama sekeluarga, insya Allah akan jadi momen manis tersendiri bagi keluarga kami dalam perjalanan ibadah itu nantinya.

Hanya yang menjadi pertanyaan kala itu, sebagaimana kekhawatiran suami, cukupkah kira-kira dana kami untuk berangkat bertiga? Sebagai pasangan yang baru menikah dua tahun lalu, apakah keuangan kami juga cukup untuk mendanai sang buah hati ke tanah suci?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar