Saya
sedang di bandara Cengkareng menuju Semarang saat mulai menuliskan catatan ini.
Dua hari lalu, saya mengikuti Temu Masyarakat Akuntansi Multiparadigma
Indonesia di Universitas Mercu Buana, Meruya Selatan, Jakarta. Ini perhelatan
ketiga yang sama yang saya ikuti. Perhelatan pertama saya absen karena
sementara ujian pada waktu yang sama. Perhelatan kedua diadakan di Makassar.
Waktu itu, lebih banyak karena ingin pulang kampung saja maka saya mengikuti
acara ini. Perhelatan ketiga di Bali. Saya mengikutkan artikel yang awalnya
merupakan tugas kuliah dan tidak dinyana malah jadi best paper dan diterbitkan oleh penerbit jurnal yang bekerja sama
dengan penyelenggara acara. Perhelatan
kali ini saya ikut kembali dengan mengirimkan artikel dari thesis saya sewaktu
kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang. Lagi, artikel tersebut mengantar
saya sebagai pemakalah terbaik di perhelatan ini.
Saya
langsung mengirimkan bukti sertifikat kepada dua supervisor thesis saya itu
untuk mengabari dan memberi ucapan selamat atas capaian kami. Tentu saja karena
mereka punya banyak kontribusi untuk perampungan penelitian yang saya kerjakan
tersebut.
Balasan dari
supervisor kedua saya, membuat saya kegirangan. Dia menulis : “We are proud for your achievement and
results of our productive cooperation. Hope every success in the future.”
Setelah berpuas-puas diri tersenyum membaca surel tersebut, saya akhirnya
semakin yakin memutuskan untuk berhenti menulis artikel ilmiah bahasa sementara
ini.
Setelah dari
Jakarta, tiga hari berikutnya saya akan ke Jember untuk mempresentasikan
artikel pendidikan akuntansi kritis. Artikel itu adalah hasil dari apa yang
saya kerjakan bersama para mahasiswa di kelas yang saya ampu enam bulan
terakhir ini. Artikel itu boleh dibilang merupakan salah satu bukti kongkrit,
yang kata orang ilmiah, hasil belajar bersama kami di dalam dan di luar kelas. Artikel
itu sekaligus akan menjadi penanda sebagai artikel terakhir yang saya tulis
dalam bahasa hingga waktu yang tidak dapat saya tentukan.
Alasan berhenti
sejenak karena melihat jumlah artikel yang saya hasilkan di awal usaha belajar
menulis artikel ilmiah sepertinya sudah lebih dari cukup. Kalau saya menulis
lagi, kualitasnya saya rasa tidak akan jauh beda dengan empat artikel yang telah
saya tulis sebelumnya. Bukankah orang yang sama dengan hari kemarin adalah
orang yang rugi?
Hal yang saya
butuhkan saat ini adalah membaca lebih banyak jurnal. Saya harus mengakui
betapa sedikit jurnal-jurnal baik yang saya baca satu tahun terakhir ini. Sejak
tidak lagi kuliah dan disibukkan dengan tugas kampus sebagai dosen, saya lebih
banyak membaca novel sebagai ajang balas dendam karena sewaktu kuliah tidak
sempat membacanya. Tentu saja saya tidak ingin berhenti membaca novel. Hanya saja
barangkali saya harus menyisihkan lebih banyak waktu untuk duduk membaca.
Melirik Standar
Akuntansi Keuangan revisi 2015 yang saya pinjam dari kampus ditambah
jurnal-jurnal yang diunduhkan oleh kawan baik saya dari Semarang, membuat saya merasa
ironi dengan diri sendiri. Betapa saya butuh lebih sering mengingatkan diri
sendiri untuk membaca banyak hal penting ketimbang mengeluhkan banyak hal yang
sedang terjadi di sekeliling saya. Mengutip Eka Kurniawan, ketimbang
mengeluhkan hal yang tidak kamu sepakati, kamu lebih baik melakukan hal yang
menurutmu baik. Itu lebih produktif kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar